Tips Menggagahi Pulau Sempu

Semangat banget menuliskan sisa perjalanan tahun kemarin, yang full petualangan fisik dan batin. Well, ini tentang perjalanan ke Pulau Sempu, Sendang Biru. Tentunya Malang punya dunk..

Jangan tanyakan lagi eksotisme yang ditawarkan kawasan ini. Pasir putih, laut lepas, debur ombak kehijauan nan mendayu, seringai karang, semuanya menyatu padu dalam balut Segara Anakan.

Sensasinya dwar dwar deh pokoknya, bahkan tulisan Desy yang menceritakan tentang Sempu, bagiku sudah cukup sempurna mengulas pesona pantai ini.

So, aku tidak akan mengulasnya lagi Des! Satu kata yang cukup mewakili syukurku bisa menggagahi Sempu adalah Damn! Ai Luph U Pull Sempu..

Ini tentang sesuatu yang sangat menggangguku ketika dalam perjalanan meninggalkan Sempu. Ya, setelah menghabiskan satu malam, membawa tenda imut cantik yang ternyata hanya jadi pemanis, karena aku dan kawand-kawand lebih memilih berguling di pasir, menatap langit malam yang tertutup mendung –sayang banget- kami memutuskan mengakhiri perjalanan dan segera balik ke tengah kota minggu siang –bukan minggu sore seperti yang sudah direncanakan- karena satu-satunya bekal paling penting untuk mengantarkan kami ke tiga pantai lain yang ada di sekitar Sempu (Pantai Panjang, 2 pantai yang lain apa ya, aku lupa), air mineral, sudah habis lebih dulu.

Demi kemanusiaan kami pada diri sendiri, urunglah aku dan kawand-kawand melanjut perjalanan. Kami pulang, kembali menyusur hutan, menuju Sendang Biru, menunggu jemputan perahu yang kemarin mengantarkan kami.

Dua jam melintasi hutan menurutku tidak cukup melelahkan, karena selain banyak berhenti, foto-foto sekadar unjuk gigi, ketawa-ketiwi yang kian mengeluarkan keringat tubuh, semuanya menjadikan perjalanan ini sangat berkesan.

Satu gangguan tersisa untukku sampai kini adalah pemandangan ketika kami pulang, mengantri satu-satu untuk menaiki perahu yang akan kembali membawa kami ke daratan.

Sembari mengantri naik perahu, aku cukup melongo menyaksikan satu demi satu pengunjung Sempu yang baru datang, mereka satu rombongan, terdiri sekitar 10 lebih orang. Bukan karena mereka memang jauh lebih menarik dibanding kawand-kawandku, tapi yang lebih mengganggu adalah kostum yang mereka pakai.

Mulai dari kaos, tengtop, hotpen, topi, hingga alas kaki yang mereka kenakan asli branded banget, tapi plis deh Mbak Mas, kita mau ke Pantai lepas, menyusur hutan agak licin, sesekali naik turun, menyerahkan diri pada seringai karang dan bercebur di pantai, masa pake haig hil gitu? Aduh-aduh, kok mataku jadi terganggu..

Bukan apa-apa, suka-suka deh pengunjung mau pake apa saja, tapi demi keselamatan diri sendiri, plis bayangkan bagaimana lelahnya menanjak hutan dengan sandal dan sepatu yang lebih match dipake kalo ke mall itu.

Sempu itu hutan Mbak, dengan 30 menit menyeberang laut Sendang Biru, menyusuri dua jam hutannya, baru sampai pada Segara Anakan nan eksotis itu. Sempu berbeda dengan Balai Kambang, Ngliyep ataupun kawasan pantai Malang yang lain, yang masih memungkinkan dijangkau dengan tampilan seperti itu –yang menurutku juga tetap saltumlah-

Meski sama-sama pantai, laut lepas dan karang menjulang, Sempu juga jauh berbeda dengan Kuta –emang di Kuta ada karang? haha- Tanah Lot,  Nusa Dua, apalagi Nyanyur –Sanur maksudku- atau Uluwatu sekalipun.

Sempu so different, sensasinya lebih dari semua pantai itu –haha, bombai mode on- kalo nggak percaya pergi dan buktikanlah! Serasa main film tanpa skenario kita di sana. Panorama indahnya itu lo serasa khayal banget, but its real..

So, menurutku Sempu akan bisa kita nikmati sempurna dengan membawa bekal ini: air mineral secukup-cukupnya, karena aku doyan minum, akan bagus kalau setiap satu orang membawa tiga liter aqua, obat merah, obat sesak napas, permen karet buat dikunyah sepanjang jalan, pakai pakaian yang bisa serap keringat berlebih, siapkan lotion anti nyamuk, sandal dan sepatu yang tidak membuat kita cepat lelah, bukan haig hil, plis deh!

Pake hotpen juga bagus aja se, tapi apa gak cukup mengganggu peredaran darah tubuh ya dengan ukuran seketat itu, pake tengtop juga gapapa asal betah disapa satu dua nyamuk hutan yang tergoda ingin berkenalan dengan kita.

Bagi yang berniat kemping –lebih bagus menginap memang, dijamin puas- bekal yang harus dibawa ya standard perlengkapan kemping gitulah, jauh lebih penting lagi selain baju ganti -karena pantainya benar-benar menggoda untuk terus digagahi, bahasa lebih menarik dari sekadar berendam u know- adalah kamera.

Thats all, kita juga bisa bakaran ikan sepuasnya jika membelinya di kampung nelayan yang lebih dulu kita lintasi, bukan mengejar udang dan ikan semaleman seperti yang kawand-kawandku lakukan 😛

Sempu keren banget dah!!! Masih berharap bisa ke sana lagi, kalo ada yang berminat, bisa kontak-kontak ya.. hehe