Really miSS u Mrs. Toxic..

Lagi-lagi aku harus ngobrolin tentang ML.

Huh, ML lagi ML lagi, ya sudahlah, kenyataannya eMeL bagi sebagian besar manusia adalah kebutuhan biologis yang memberi kenikmatan tiada tara, apalagi bagi mahasiswa, eMeL serupa ritual yang justru berdosa besar jika tak dilakukan. Whew, jangan ngeres dulu! ML di sini adalah akronim dari Makan Lalapan yang bagi sebagian besar warga kampus merupakan surga penyelamat mereka dari kanker ganas yang dapat melayangkan nyawa.

Hampir sepanjang jalan raya di Malang pun tak ubahnya kawasan Dago Bandung yang bertebaran warung-warung tenda, warung lalapan berjejer rapi, dengan gerobak penuh senyum harap-harap cemas, di antara sekian banyak warung lalapan itu, ada satu warung yang membuatku penasaran tak berkesudahan. Bermula dari cerita salah satu kawan, Henny yang selalu menceritakan penuh semangat 45 tentang warung lalapan langganannya, dia bilang jangan dulu mengaku penikmat sejati lalapan jika belum mampir ke Bu Racun, sambalnya ampun-ampun.

Baca lebih lanjut

Kedamaian Kamar Sebelah

Terimakasih kawan, perbincangan sekitar satu jam denganmu tadi pagi sungguh amat mencerahkan. Inilah makna perkawanan yang lebih indah dari sekadar ngakak bareng, inilah sesungguhnya makna berbagi yang sering kita agungkan, bahwa aku dan kamu, saling mengisi dan menemukan jawaban tanya dari jiwa kita masing-masing.

Dian, -bahkan aku belum tahu nama lengkapmu- adalah salah satu teman di kosan baru yang sudah dari September lalu aku tempati, tapi kedekatan dengan para penghuni kos ini baru berlangsung kira-kira sebulan ini. Jika selama ini kami hanya saling sapa dan berbincang seadanya, maka dalam sebulan ini hubungan sesama kami mulai lebih dari itu, bahkan dalam beberapa malam seminggu lebih, aku dan kawan-kawan baruku ini punya ritual baru, menonton film rame-rame di kamarku.

Dan pagi tadi, aku merasa benar-benar punya teman ketika tanpa sengaja ngobrol dengan Dian, meski mulanya dia hanya iseng menggoda agar aku tidak molor bangun, tapi akhirnya obrolan kami mulai serius, mengarah pada hal yang bagi sebagian besar orang –mungkin- sangat sensitip, yakni masalah keyakinan. Dian yang kebetulan minggu kemarin baru merayakan Paskah ini membuatku tersadarkan, bahwa keimananku perlu diupgrade kembali. Baca lebih lanjut